Mahasiswa, Reformasi dan Bangkitnya sebuah Ideologi

Label:

Sudah 10 tahun era reformasi berjalan. Sudah banyak perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kita dibandingkan dengan masa sebelumnya. Perubahan yang menurut sebagian kalangan merupakan keberhasilan para pejuang reformasi dalam memperbaiki kehidupan bangsa ini, walaupun menurut sebagian kalangan lain perubahan yang terjadi tidak benar-benar tepat sasaran ke permasalahan utama bangsa ini malahan perubahan yang terjadi semakin membuat Indonesia terpuruk.

Kebebasan pers yang kebablasan, Pemujaan terhadap HAM yang keterlaluan sampai terjadi pembelaan terhadap berbagai ajaran sesat dan penyimpangan sosial dan susila dengan alasan HAM, merebaknya pornografi dan pornoaksi, kebebasan berekspresi tanpa batas serta semakin jelasnya intervensi asing terhadap bangsa ini dengan banyaknya RUU pesanan Barat dan semakin gencarnya privatisasi aset-aset bangsa adalah contoh hasil buruk dari reformasi.

Tapi, yang pasti adalah reformasi menghasilkan sesuatu yaitu perubahan. Perubahan memang sebuah keniscayaan bagi bangsa yang lebih dari setengah abad merdeka ini tapi belum menghasilkan suatu kebanggaan apapun selain kebanggaan semu. Dan secara fakta, reformasi digerakkan oleh mahasiswa. Anggota masyarakat yang selama ini dikenal sebagai agent of change.

Mahasiswa, atau pemuda secara umum merupakan tumpuan dan motor dari hampir setiap episode perubahan tatanan masyarakat dalam sejarah dunia. Mundurnya Soekarno dan lengser keprabonnya Soeharto, tanpa menafikan keterlibatan pihak lain, dimotori oleh gerakan massif mahasiswa. Gerakan kemerdekaan Indonesia dan berbagai revolusi di dunia juga digerakkan oleh kaum muda. Bahkan, babak perubahan tatanan dunia terbesar sepanjang sejarah manusia, hijrahnya Muhammad SAW dan para pengikutnya ke Madinah, digerakkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat yang rata-rata berusia muda. Pemudalah pelopor dan pendorong serta garda terdepan dalam setiap perubahan tatanan masyarakat.

Mahasiswa, sebagai bagian dari pemuda yang sekaligus mengusung status istimewa karena dianggap memiliki kelebihan dari sisi intelektualitas, daya kritis dan idealisme, adalah potensi terbesar bagi terjadinya perubahan bangsa ini ke keadaan yang jauh lebih baik dari sekarang. Bahwa sejak era reformasi telah banyak terjadi perubahan dalam tubuh negeri ini adalah sebuah fakta, tapi bahwa perubahan-perubahan tersebut lebih banyak tidak tepat sasaran dan malah semakin membawa bangsa ini ke jurang kehancuran adalah juga sebuah kebenaran yang tidak bisa ditutup-tutupi. Sehingga wajar kalau kita katakan bahwa tugas mahasiswa sebagai ujung tombak perubahan belum usai bahkan boleh dikatakan baru dimulai. Wajar juga kalau kita katakan bukan saatnya bagi mahasiswa sekarang untuk santai-santai dan hanya sibuk dengan tugas kuliahnya tanpa peduli terhadap nasib bangsa. Sudah saatnya perjuangan demi terciptanya perubahan seperti era ’66 dan ’98 kita kumandangkan lagi bahkan harus lebih bersifat fundamental dan radikal.

Tampaknya kita harus sepakat bahwa permasalahan yang menimpa negeri kita yang tercinta ini begitu kompleks dan sistemik. Kita juga harus sepakat bahwa penyelesaian permasalahan bangsa ini tidak bisa dilakukan secara parsial. Harus ada perubahan yang sangat mendasar dan benar-benar menyentuh akar masalah yang melilit bangsa besar ini. Harus ada perubahan besar-besaran yang lebih dari sekedar reformasi. Harus ada revolusi.

Mencermati perjalanan panjang bangsa ini sejak proklamasi 17 Agustus 1945 sampai sekarang boleh dikatakan kita telah pernah terpengaruh oleh dua kutub ideologi penguasa dunia. Era Soekarno, banyak fakta yang menunjukkan bahwa sang penguasa saat itu condong ke Komunis. Begitu eratnya hubungan Presiden Soekarno dengan para petinggi Uni Soviet dan China yang mengusung ideologi komunisme salah satu buktinya. Dianakemaskannya Partai Komunis Indonesia (PKI) bukti yang lain. Saat itu, Indonesia begitu disegani karena berani bersikap tidak tunduk kepada Amerika Serikat, pemimpin negara-negara kapitalis. Suatu kebanggaan sekaligus ironi karena ternyata Indonesia malah dekat dengan negara-negara sosialis komunis. Pemikiran Soekarno yang bernuansa nasionalis kiri yang condong kepada sosialis komunis semakin mengindikasikan bahwa negara ini diarahkan untuk mengusung ideologi komunisme.

Era Soeharto, kebijakan politik luar negeri Indonesia berubah drastis. PKI yang merupakan corong komunis di Indonesia diberangus. Tokoh-tokohnya ditangkapi dan sebagian dibunuh. Hubungan Indonesia – Amerika Serikat menjadi mesra. Perusahaan-perusahaan asing milik AS dipersilakan masuk ke Indonesia dan mengeksploitasi sumber daya alam milik negeri ini. PT Freeport salah satu contohnya. Pemerintahan Soeharto yang dijalankan dengan tangan besi sesuai dengan latar belakangnya yang militer ternyata hanya jago kandang. Indonesia begitu lembek dan terkesan manut dengan keinginan barat terutama AS.

Era reformasi yang menjanjikan perubahan, ternyata kondisinya lebih parah lagi. Kita begitu saja menerima berbagai skenario Amerika dan kroni-kroninya. Hasilnya, Timor Timur lepas dari tangan ibu pertiwi, eksploitasi SDA semakin merajalela tanpa ada hasil yang berarti bagi anak negeri, kasus Sipadan-Ligitan dan Ambalat semakin mencabik-cabik kedaulatan negara ini, berbagai aturan perundang-undangan yang merupakan pesanan asing, seperti UU Migas, UU Penanaman Modal, dan UU Sisdiknas begitu mudah lolos di DPR yang ternyata tidak benar-benar mewakili rakyat, privatisasi BUMN yang gila-gilaan serta terjebaknya Indonesia dalam skenario ekonomi global yang menyebabkan Indonesia berpotensi mengalami krisis ekonomi jilid II yang cenderung lebih besar dari tahun 1997.

Indonesia pernah dikuasai oleh ideologi komunisme dan hasilnya adalah kerusakan bagi bangsa ini. Indonesia juga pernah dan sedang dikuasai oleh ideologi kapitalisme yang telah membawa kerusakan di berbagai sendi kehidupan bangsa ini dan jika dibiarkan kemungkinan besar Indonesia hanya tinggal sejarah dan akan tercatat sebagai negara yang kolaps dan tidak pernah punya bargaining di percaturan politik dunia.

Indonesia butuh ideologi alternatif, ideologi yang secara konsep benar-benar punya aturan tentang penataan kehidupan bermasyarakat dan bernegara bukan seperti Pancasila yang merupakan ideologi semu dan bahkan tak punya warna sedikitpun. Indonesia butuh ideologi yang dulu pernah menguasai dunia, ideologi yang pernah mensejahterakan masyarakatnya, ideologi yang menjadikan penganutnya menjadi sangat disegani oleh lawan-lawannya. Ideologi Islam.

Ideologi yang ada di dunia sekarang hanyalah tiga ideologi. Komunisme yang telah runtuh dan tak akan pernah bisa bangkit lagi. Kapitalisme yang sekarang menguasai dunia tapi cenderung mengalami kebobrokan dari dalam dan kita tinggal menunggu waktu kehancurannya. Dan yang terakhir adalah Islam, ideologi yang secara fakta paling lama menguasai dunia, 13 abad, dan secara fakta juga keruntuhan negara yang menganut ideologi ini adalah ketika ideologi Islam dicampur adukkan dengan aturan dari ideologi lain dan akhirnya ideologi Islam benar-benar ditinggalkan.

Hanya negara yang mengusung satu ideologi tertentu saja lah yang akan unggul dan menguasai dunia. Uni Soviet menguasai dunia dengan komunismenya. Inggris dulu dan Amerika Serikat sekarang menguasai dunia dengan kapitalismenya. Dan Indonesia, jika ingin berubah menjadi bangsa yang unggul dan pemimpin dunia haruslah mengambil salah satu ideologi tersebut. Bukan komunisme dan kapitalisme yang terbukti menyebabkan kerusakan tatanan dunia, tapi yang harus diambil adalah ideologi Islam.

Masalah ideologi inilah akar masalah dari bangsa kita. Bangsa kita tak akan pernah bangkit jika tak mau mengusung ideologi Islam. Perubahan model apapun tak akan menyebabkan kesejahteraan dan keadilan bagi rakyat jika tak membawa ideologi Islam. Kegagalan reformasi adalah di titik ini, para pejuang reformasi hanya bisa meruntuhkan satu kekuasaan tapi tak mampu memberikan solusi alternatif terhadap berbagai permasalahan bangsa ini.

Sekarang marilah kita, mahasiswa, menyuarakan perubahan mendasar bagi bangsa ini, perubahan yang fundamental dan radikal, bukan reformasi tapi revolusi bagi bangsa ini, yaitu revolusi Islam. Mari kita bersama-sama usung ideologi Islam, kita jadikan ideologi Islam sebagai landasan bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara kita. Marilah mahasiswa, buktikan bahwa kita benar-benar agent of change. Buktikan bahwa kita masih hidup dan bernafas, buktikan bahwa kita masih mampu berteriak…Hidup mahasiswa!!! Allahu Akbar!!!

Banjarmasin, 1 April 2008
Muhammad Abduh
0 komentar:

Followers


Labels

Recent Posts

Recent Comments

Recent Comments